Perjudian selama ini sering kali dianggap sebagai pelarian dari tekanan hidup, terutama bagi kalangan pekerja kelas bawah seperti para kuli harian. Di tengah himpitan ekonomi, pekerjaan serabutan, dan penghasilan yang tak menentu, banyak dari mereka akhirnya tergoda untuk "mengadu nasib" di meja judi. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi juga merambah ke desa-desa dengan keberadaan judi online yang kian masif. Perjudian seolah menawarkan jalan pintas menuju kemakmuran—padahal sejatinya adalah perangkap yang menghancurkan pelan-pelan.

Mereka yang terjerat biasanya dimulai dari ajakan rekan kerja atau lingkungan sekitar yang sudah lebih dulu terlibat. Iklan judi online dio228 yang masif di media sosial, hingga tawaran kemenangan instan menjadi umpan yang sulit ditolak. Ketika hasil keringat sehari hanya cukup untuk makan, iming-iming jackpot jutaan rupiah terasa seperti cahaya diujung terowongan. Namun, perjudian bukanlah soal keberuntungan semata, melainkan sistem yang dirancang untuk membuat pemainnya terus merasa hampir menang, dan akhirnya kecanduan.

Yang lebih memprihatinkan, banyak kuli harian yang rela menghabiskan upah kerja mereka hanya untuk membeli chip atau deposit akun judi online. Ada yang berutang, bahkan menjual barang berharga, demi melanjutkan permainan dengan harapan akan balik modal atau menang besar. Saat kalah, mereka tidak berhenti, justru makin tenggelam dalam lingkaran kecanduan dan penyesalan. Kondisi ini memperparah beban hidup mereka, menambah konflik keluarga, dan menghancurkan masa depan yang seharusnya bisa dibangun lewat kerja keras.

Perjudian bukan sekadar persoalan individu, tapi juga sosial. Ketika kuli dan pekerja rentan lainnya masuk dalam jeratan ini, dampaknya terasa pada produktivitas kerja, ketahanan keluarga, hingga stabilitas ekonomi masyarakat bawah. Alih-alih membantu keluar dari kemiskinan, perjudian justru menjerat mereka dalam lingkaran kemelaratan yang lebih dalam. Ironisnya, praktik ini sering kali dibiarkan, bahkan dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang mencari keuntungan dari penderitaan orang lain.

Sudah saatnya negara dan masyarakat sadar bahwa perjudian bukan hanya bentuk hiburan ilegal, tapi juga alat eksploitasi terhadap mereka yang lemah secara ekonomi. Edukasi dan pencegahan harus dilakukan secara masif, terutama di komunitas pekerja informal. Pemerintah perlu menutup akses platform judi dengan serius, dan memberikan alternatif hiburan serta pemberdayaan ekonomi yang nyata. Para kuli tak seharusnya mengadu nasib di meja judi—mereka pantas mendapatkan masa depan yang lebih layak dari hasil keringat dan kerja keras mereka.